MAKALAH
SEILITIS AKTINIK
DOSEN : SUGENG JUTIWITO
DISUSUN OLEH
NURFADILAH
04.08.2014
C/KP/VI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunianya maka segala hambatan atau kesulitan yang di hadapi dalam menyusun makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai mahasiswa STIKES SURYA GLOBAL Yogyakarta. Adapun tema yang dibahas pada makalah ini adalah tentang PENYAKIT SEILIS AKTINIK
Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari semua pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna sehubungan dengan hal ini kami mengharapkan adanya saran-saran dan kritik yang sifatnya menbangun dengan menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih banyak dan semoga makalah ini memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
PENYUSUN
Yogyakarta, desember 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
seilitis aktinik merupakan jenis cheilitis, yaitu peradangan pada bibir. Ini adalah counterpart actinic keratosis yang merupakan gangguan kulit. Dalam cheilitis actinic, ada penebalan kulit bibir dan ada perubahan warna keputihan dari perbatasan vermilion dari bibir (persimpangan merah bibir dan kulit). Dengan demikian, salah satu gejala yang paling menonjol cheilitis actinic termasuk hilangnya perbatasan tajam dari bibir merah dan kulit. bibir juga bisa menjadi sedikit bersisik dalam penampilan. Pada stadium lanjut, ada juga mungkin indurasi.. Namun biasanya jenis sariawan yang sering timbul sehari-hari pada rongga mulut kita disebut . kadang-kadang dikenal sebagai "bibir petani" atau "bibir pelaut," adalah kondisi prakanker yang berhubungan dengan paparan sinar matahari kumulatif seumur hidup. Bibir bawah yang paling sering terkena. seilitis aktinik adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun berkelompok. seilitis aktinik dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut. Meskipun tidak tergolong berbahaya, namun seilitis aktinik sangat mengganggu. Ada pula yang mengatakan bahwa seilitis aktinik merupakan reaksi imunologik abnormal pada rongga mulut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Seilitis aktinik adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun berkelompok. Seilitis aktinik dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut. Meskipun tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat mengganggu. Ada pula yang mengatakan bahwa seilitis aktinik merupakan reaksi imunologik abnormal pada rongga mulut.
Seilitis aktinik adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti tembakau;defisiensi vitamin; infeksi oleh bakteri, virus atau jamur;atau penggunaan obat kemoterapi
aktinik cheilosis" adalah bentuk cheilitis yang merupakan counterpart actinic keratosis kulit dan dapat berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa. Dalam cheilitis actinic, ada penebalan warna keputihan dari bibir di perbatasan bibir dan kulit. Ada juga hilangnya perbatasan biasanya tajam antara bibir merah dan kulit normal, yang dikenal sebagai perbatasan vermillion. Bibir tersebut dapat menjadi bersisik dan indurated sebagai cheilitis actinic berlangsung. Lesi biasanya tidak nyeri, gigih, lebih umum pada laki-laki yang lebih tua, dan lebih umum pada orang dengan kulit ringan dengan riwayat kronis paparan sinar matahari.
2. Etiologi
Sampai saat ini penyebab utama dari Seilitis aktinik belum diketahui. Namun para ahli telah menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya Seilitis aktinik ini, diantaranya adalah :
Penyebab yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti :
Penyebab yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti :
- Kebersihan mulut yang kurang
- Letak susunan gigi/ kawat gigi
- Makanan /minuman yang panas dan pedas
- Rokok
- Pasta gigi yang tidak cocok
- Lipstik
- Infeksi jamur
- Overhang tambalan atau karies, protesa (gigi tiruan)
- Luka pada bibir akibat tergigit/benturan.
Bagian dari penyakit sistemik antara lain :
- Reaksi alergi : Seilitis aktinik timbul setelah makan jenis makanan tertentu.
- Jenis makanan ini berbeda untuk tiap-tiap penderita.
- Hormonal imbalance
- Stres mental
- Kekurangan vitamin B12 dan mineral
- Gangguan pencernaan
- Radiasi.
Infeksi virus dan bakteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya Seilitis aktinik ini. Ada pula yang mengatakan bahwa Seilitis aktinik merupakan reaksi imunologik abnormal pada rongga mulut. Dan imunologik sangat erat hubungannya dengan psikologis (stress). Faktor psikologis (stress) telah diselidiki berhubungan dengan timbulnya Seilitis aktinik di sebagian besar masyarakat.
4. Patofisiologi
Identifikasi pada pasien dengan resiko tinggi, memungkinkan dokter gigi untuk memulai evaluasi pra-perawatan dan melakukan tindakan profilaktis yang terukur untuk meminimalkan insidens dan morbiditas yang berkaitan dengan toksisitas rongga mulut. Faktor resiko paling utama pada perkembangan komplikasi oral selama dan terhadap perawatan adalah pra-kehadiran penyakit mulut dan gigi, perhatian yang kurang terhadap rongga mulut selama terapi dan faktor lainnya berpengaruh pada ketahanan dari rongga mulut. Faktor resiko lainnya adalah : tipe dari kanker (melibatkan lokasi dan histology), penggunaan antineoplastik, dosis dan administrasi penjadwalan perawatan, kemudian area radiasi, dosisnya, jadwal dilakukan radiasi (kekerapan dan durasi dari antisipasi myelosuppresi) serta umur pasien. Keadaan sebelum hadirnya penyakit seperti adanya kalkulus, gigi yang rusak, kesalahan restorasi, penyakit periodontal, gingivitis dan penggunaan alat prostodontik, berkontribusi terhadap berkembangnya infeksi lokal dan sistemik. Kolonisasi bakteri dan jamur dari kalkulus, plak, pulpa, poket periodontal, kerusakan operculum, gigi palsu, dan penggunaan alat-alat kedokteran gigi merupakan sebuah lahan yang subur buat organisme opportunistik dan pathogenistik yang mungkin berkembang pada infeksi lokal dan sistemik. Tambalan yang berlebih atau peralatan lain yang melekat pada gigi, membuat lapisan mulut lebih buruk, menebal dan mengalami atropi, kemudian menghasilkan ulserasi local.
5. Tanda dan Gejala
a. Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam :
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar
b. Stadium Pre Ulcerasi
Adanya udema / pembengkakkan setempat dengan terbentuknya makula pavula serta terjadi peninggian 1- 3 hari
c. Stadium Ulcerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas sisinya merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari. Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.
6. Manajemen Medik
- Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai
- Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya.
- Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi.
- Hindari stress
- Pemberian Atibiotik
- Terapi
Pengobatan Seilitis aktinik karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam (jangan menggunakan antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan jangka panjang yang efektif adalah menghindari faktor pencetus.
Digunakan dua terapi yang dianjurkan yaitu:
1. Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian 1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien berasal dari golongan sosioekonomi bawah.
2. Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada waktu follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.
1. Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian 1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien berasal dari golongan sosioekonomi bawah.
2. Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada waktu follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.
7. Komplikasi
Seilitis aktinik jarang menyebabkan komplikasi yang serius namun dapat terjadi infeksi luas di daerah bibir dan rongga mulut seperti abses dan radang.
Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia;
- Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak teratur
- Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit.
- Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut
- Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
- Aktivitas/Istirahat
Gejala : Lemas,lesu (malaise), kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
Tanda : Sulit untuk melakukan aktivitas
- Makanan /cairan
Gejala : Kurang nafsu makan, nyeri pada saat mengunyah
Tanda : Berat badan menurun, porsi makan tidak dihabiskan
- Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Nyeri pada bagian mulut
Tanda : Wajah tampak meringis, membrane mukosa tampat bengkak dan kemerahan
- Keamanan
Gejala : Hemorrhage (pendarahan) akibat kerusakan membrane mukosa oral
Tanda : suhu tubuh naik, mukosa mulut tampak bengkak dan memerah( hiperemi)
- Personal Hygiene
Gejala : tidak dapat melakukan oral hygiene
Tanda : bau nafas
b. Klasifikasi Data
Data subyektif:
- Klien mengatakan nyeri
- Klien mengatakan nafsu makan berkurang
- Klien mengeluh lesu, lemas (malaise)
- Klien mengeluh nyeri saat mengunyah makanan.
- Klien mengatakan susah bergaul/berkomunikasi dengan orang lain
Data obyektif:
- Perubahan mukosa oral
- Wajah tampak meringis
- Intoleransi pasta gigi, kurang vitamin C, oral hygene yang buruk
- Antropometri: penurunan berat badan
- Diet : porsi makan tidak habis
- Adanya lesi di membran mukosa oral
- Suhu tubuh naik
- Membran mukosa tampak bengkak dan kemerahan
- Tidak dapat berkomunikasi verbal dengan baik
- Kerusakan vaskular,selular,dan matrik
c. Analisa Data
NO. | Symptom | Etiologi | Problem |
1. | DS: Klien mengatakan merasa nyeri DO: - Perubahan mukosa oral. - Wajah tampak meringis - Intoleransi pasta gigi, kurang vitamin C, oral hygene yang buruk | Peradangan (inflamasi) ↓ Kerusakan membran mukosa ↓ nyeri | Nyeri |
2. | DS : Klien mengatakan nafsu makan berkurang. Klien mengatakan lesu, lemas (malaise). DO : - Antropometri: penurunan berat badan Diet : makan tidak habis | Intoleransi pasta gigi, kurang vitamin C, oral hygene yang buruk ↓ Kerusakan vaskular,selular,dan matrik ↓ Perubahan mukosa ↓ Nafsu makan berkurang ↓ Nutrisi kurang dari kebutuhan | Nutrisi kurang dari kebutuhan |
3. | DS : Klien mengeluh nyeri saat mengunyah makanan. DO : - Suhu tubuh naik - Adanya lesi di membran mukosa oral - Membran mukosa tampak bengkak dan kemerahan | Alergen ↓ Alergi dan defisiensi immunologi ↓ Inflamasi (peradangan) ↓ Pelepasan mediator inflamasi (prostalgadin) ↓ Nyeri ↓ Perubahan membran mukosa oral | Perubahan membrane mukosa oral |
4. | DS : Klien mengatakan susah bergaul/berkomunikasi dengan orang lain. DO : - Tidak dapat berkomunikasi verbal dengan baik - Kerusakan vaskular,selular,dan matrik | Perubahan membran mukosa oral ↓ Timbul lesi ↓ Nyeri ↓ Gangguan komunikasi verbal | Gangguan komunikasi verbal |
d. Prioritas Masalah
- Nyeri berhubungan dengan
- Nutrisi kurang dari kebutuhan
- Perubahan membrane mukosa oral
- Gangguan komunikasi verbal
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran mukosa oral, ditandai dengan;
DS:
- Klien mengatakan merasa nyeri
DO:
- Perubahan mukosa oral
- Wajah tampak meringis
- Intoleransi pasta gigi, kurang vitamin C, oral hygene yang buruk
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan perubahan mucosa oral penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat rasa nyeri di mukosa mulut, ditandai dengan;
DS:
- Klien mengatakan nafsu makan berkurang
- Klien mengatakan lesu, lemas (malaise)
DO:
- Antropometri: penurunan berat badan
- Diet : makan tidak habis
3) Perubahan mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan (inflamasi) ditandai dengan;
DS:
- Klien mengeluh nyeri saat mengunyah makanan
DO:
- Suhu tubuh naik
- Adanya lesi di membran mukosa oral
- Membran mukosa tampak bengkak dan kemerahan
4) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri di mukosa mulut, ditandai dengan;
DS:
- Klien mengatakan susah bergaul/ berkomunikasi dengan oramg lain
DO:
- Tidak dapat melakukan komunikasi verbal dengan baik
- Kerusakan vaskular,selular,dan matrik
4) Rencana Keperawatan
NO | Tujuan | Intervensi | Rasional |
1. | Nyeri Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 7 hari nyeri hilang Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 hari nyeri berkurang Kriteria Hasil : - nyeri berkurang - Lesi berkurang dan berangsur sembuh. - Membran mukosa oral lembab | 1. Pantau aktivitas klien, cegah hal-hal yang bisa memicu terjadinya stomatitis 2. Kaji adanya komplikasi akibat kerusakan membran mukosa oral 3. Kolaborasi pemberian antibiotik dan obat kumur 4. Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut. 5. Ajarkan oral hygene yang baik | 1. Mencegah terjadinya stomatitis atau membuat semakin parah 2. Stomatitis bisa mengakibatkan komplikasi yang lebih parah jika tidak segera ditangani 3. Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi dan obat kumur bisa menghilangkan kuman-kuman di mulut sehingga bisa mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut. 4. Reaksi alergi bisa menimbulkan infeksi 5. Oral hygine yang baik dapat mencegah timbulnya stomatitis |
2. | Nutrisi kurang dari kebutuhan Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 7 hari kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 hari kebutuhan nutrisi berangsur-angsur normal. Kriteria Hasil : - Status nutrisi terpenuhi - nafsu makan klien timbul kembali - berat badan normal | 1. Beri nutrisi dalam keadaan lunak ; porsi sedikit tapi sering. 2. Pantau berat badan tiap hari 3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi 4. Berikan informasi tentang zat-zat makanan yang sangat penting bagi keseimbangan metabolisme tubuh | 1. Makanan yang lunak meminimalkan kerja mulut dalam mengunyah makanan. 2. Mengevaluasi berat badan yang menurun ataupun meningkat 3. Nutrisi meningkat akan meningkatkan berat badan 4. Adanya kalori (sumber energi) akan mempercepat proses penyembuhan |
3. | Perubahan membrane mukosa oral Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 7 hari membran mukosa oral kembali normal Tupen: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4 hari membrane mukosa oral berangsur sembuh Kriteria Hasil : - Hilangnya rasa sakit dan perih di mukosa mulut - Tidak bengkak dan hiperemi - Suhu badan normal | 1. Berikan makanan yang tidak merangsang, seperti makanan yang mengandung zat kimia, makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin serta menghindari pasta gigi 2. Kolaborasi pemberian analgesic dan kortikosteroid 3. Beri penjelasan tentang faktor penyebab 4. Menganjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi buah dan sayuran terutama vitamin B12, Vitamin C dan zat Besi | 1. Makanan yang merangsang, terlalu panas dan terlalu dingin, serta pasta gigi yang merangsang dapat menimbulkan nyeri di bagian yang sariawan 2. Analgesic dapat mengurangi rasa nyeri Dan kotikosteroid untuk mengurangi peradangan. 3. Jika klien mengetahui factor penyebab maka klien dapat mencegah hal tersebut terjadi kembali. 4. Sayuran, Vitamin B 12, Vitamin C dan zat besi dapat mencegah terjadinya sariawan dan nutrisi yang meningkat akan mempercepat proses penyembuhan |
4. | Gangguan komunikasi verbal Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 7 hari gangguan komunikasi verbal dapat teratasi Tupen: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 hari gangguan komunikasi verbal berangsur-angsur membaik Kriteria Hasil : - Klien sudah dapat berkomunikasi dengan orang lain | 1. Berikan kondisi lingkungan yang nyaman untuk klien 2. Pemberian analgesic dan kortikosteroid 3. Beri penjelasan dan pengetahuan mengenai penyakitnya 4. Dorong klien untuk ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan | 1. Lingkungan yang nyaman akan membuat klien aktif dalam beraktifitas 2. Analgesic dapat mengurangi rasa nyeri dan kortikosteroid dapar mencegah peradangan akibat kerusakan membran mukosa 3. Agar klien dapat mengetahui yang menjadi pentebab dari penyakitnya sehingga klien dapat mencegahnya 4. Dengan mengikuti kegiatan akan mudah untuk beradaptasi dengan kondisi sekitar sehingga bisa mengurangi stres |
5) Implementasi
No. | Hari / tanggal | Jam | Implementasi |
1. | Senin, 1/10/2010 | 07.30 07.35 07.45 08.50 09.00 | 1. Memantau aktivitas klien, untuk cegah hal-hal yang bisa memicu terjadinya stomatitis 2. Memeriksa keadaan klien untuk mengetahui adanya komplikasi akibat kerusakan membran mukosa oral 3. Memberikan antibiotic 500 gr dan obat kumur 4. Memberitahu klien untuk menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut. 5. Mengajarkan cara merawat mulut dan menyikat gigi. |
2. | Senin, 1/10/2010 | 09.15 09.30 09.35 | 1. Memberikan nutrisi dalam keadaan lunak sebanyak 100 gr. 2. Menimbang berat badan klien. 3. Memberikan informasi tentang zat-zat makanan yang sangat penting bagi keseimbangan metabolisme tubuh. |
3. | Senin , 1/10/2010 | 09.45 10.00 10.05 10.15 | 1. Memberikan nutrisi dalam keadaan lunak sebanyak 100 gr 2. Memberikan obat analgesic dan memberikan obat kortikosteroid 500 gr. 3. Memberikan penjelasan tentang faktor penyebab stomatitis. 4. Menganjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi buah dan sayuran terutama vitamin B12, Vitamin C dan zat Besi |
4. | Senin, 1/10/2010 | 10.30 10.35 10.40 10.50 | 1. Memberikan posisi fowler pada klien 2. Memberikan analgesic dan memberikan kortikosteroid 500 gr. 3. Memberikan penjelasan dan pengetahuan mengenai konsep diri 4. Memberitahu klien untuk ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan |
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. Fundamental Keperawatan, konsep, proses dan praktik. 2005. Jakarta : EGC.
Robins Kumar. Patologi II Edisi 4.1995. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar