Cari Blog Ini

Minggu, 17 April 2011

LEUKOPENIA


NAMA : Tika Widiawati
NIM : 04.08.2025
KELAS : C/KP/VI
LEUKOPENIA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian Leukopenia
v Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia (dalam bahasa Yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah suatu keadaan berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama dengan 5000 / mm3. (Dorland,1994)
v Leukopenia adalah suatu keadaan di mana jumlah sel darah putih pada sirkulasi perifer kurang dari 4,0 x 109 / L. Pada sebagian besar kasus, penyakit ini dihubungkan dengan penurunan granulosit karena granulosit adalah komponen mayor dari sel darah putih pada sirkulasi perifer. (www.health-res.com)
v Leukopenia adalah kondisi klinis yang terjadi bila sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih sehingga tubuh tidak terlindung terhadap banyak bakteri dan agen-agen lain yang mungkin masuk mengenai jaringan (Guyton, 2008)
v Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa leukopenia adalah suatu kondisi klinis di mana sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih pada sirkulasi perifer, yaitu kurang dari atau sama dengan 5000 leukosit/mm3.
2. Epidemiologi Leukopenia
Dari 372 orang Yahudi Yemen dari segala usia yang ditinjau dalam rangka untuk menjelaskan epidemiologi jinak leukopenia, terdapat dua puluh satu persen leukosit berada di bawah 5000 cells/mm3. Neutropenia dengan jumlah neutrofil <>


3. Etiologi Leukopenia
Penyebab leukopenia dikhususkan ke dalam jenis-jenisnya, yaitu
1. Neutropenia, penyebabnya : infeksi virus, campak, demam thypoid toksin, rickettsia dari tifus, faktor fisik (radiasi pengion), obat-obatan (sulfanilamides, barbiturat, cytostaties), bensol, kekurangan vitamin B12, asam folat, anafilaksis shock, hypersplenism, juga karena kelainan genetik.
2. Eosinopenia, penyebabnya : meningkatnya kadar stres, syndrom Cushing, kortikosteroid, penyakit menular, corticotrophin dan kortison.
3. Limfopenia, penyebabnya : karena faktor keturunan dan immunodeficiency, stres, radiasi penyakit, tuberkulosis militer.
4. Monocytopenia, penyebabnya : batang myeloid tertekan ditembak dari sumsum tulang hemopoiesis (misalnya, dalam penyakit radiasi, kondisi septik parah, dan agranulocytosis).
4. Patofisiologi Leukopenia
Leucopenia terjadi karena berawal dari berbagai macam penyebab. Berikut ini akan dijelaskan patofisilogi penyakit leukopenia.
v Radiasi sinar X dan sinar ﻻ (gamma) yang berlebihan serta penggunaan obat-obatan yang berlebihan, akan menyebabkan kerusakan sumsum tulang. Dengan rusaknya sumsum tulang, maka kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit) pun menurun (dalam kasus ini dikhususkan leukosit yang mengalami penurunan). Kondisi tersebut akhirnya akan mengakibatkan neutropenia (produksi neutrofil menurun), monositopenia (produksi monosit menurun), dan eosinopenia (produksi eosinofil menurun). Selain itu, jika seseorang mengidap penyakit immunodefisiensi, seperti HIV AIDS, maka virus HIV akan menyerang CD4 yang terdapat di limfosit T dalam sirkulasi perifer. Kondisi ini akan menyebabkan limfosit hancur sehingga mengalami penurunan jumlah, yang disebut dengan limfopenia.
v Oleh karena penyebab-penyebab di atas yang berujung pada menurunnya jumlah komponen-komponen leukosit (neutropenia, eosinopenia, monositopenia, limfopenia) maka terjadilah leukopenia.

5. Klasifikasi Leukopenia
Klasifikasi leucopenia didasarkan atas penyebabnya, yaitu :
1. Neutropenia memiliki penyebab yang beragam seperti : infeksi virus, campak, demam tipus toksin, Rickettsia dari tifus, faktor fisik (radiasi pengion), obat-obatan (sulfanilamides, barbiturat, cytostaties), bensol, kekurangan vitamin B12, asam folat, anafilaksis shock, hypersplenism, juga karena kelainan genetik.
2. Eosinopenia penyebabnya adalah : meningkatnya kadar stres, syndrom Cushing, kortikosteroid, penyakit menular, corticotrophin dan kortison.
3. Lymphopenia penyebabnya adalah : karena faktor keturunan dan immunodeficiency, stres, radiasi penyakit, tuberkulosis militer.
4. Monocytopenia terjadi karena batang myeloid tertekan ditembak dari sumsum tulang hemopoiesis (misalnya, dalam penyakit radiasi, kondisi septik parah, dan agranulocytosis).
6. Manifestasi Klinis Leukopenia
v Indikator yang paling umum dari leukopenia adalah neutropenia (pengurangan jumlah neutrofil dalam leukosit). Jumlah neutrofil juga dapat menjadi indikator yang paling umum dari risiko infeksi. Jika leukopenia ringan, orang tidak akan menunjukkan gejala apapun, hanya dalam kasus yang berat gejala mulai muncul.
v Jika leukopenia telah masuk ke tahap berat, gejala klinis yang biasa muncul :
a) Anemia, yaitu penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin
b) Menorrhaggia, yaitu perdarahan yang berat dan berkepanjangan saat periode menstruasi
c) Metrorrhaggia, yaitu perdarahan dari rahim, tetapi bukan karena menstruasi dan hal ini merupakan indikasi dari beberapa infeksi
d) Neurasthenia, yaitu kondisi yang ditandai oleh kelelahan, sakit kepala, dan mengganggu keseimbangan emosional.
e) Trombositopenia, yaitu penurunan jumlah trombosit yang abnormal dalam darah.
f) Stomatitis, yaitu suatu peradangan pada lapisan mukosa struktur di dalam mulut, seperti pipi, gusi, lidah, bibir, dan lain-lain.
g) Pneumonia, yaitu peradangan yang terjadi di paru-paru karena kongesti virus atau bakteri.
h) Abses hati, yaitu jenis infeksi bakteri yang terdapat dalam hati. Hal ini relative jarang terjadi tetapi fatal akibatnya jika tidak ditangani.
i) Kelelahan, sakit kepala, dan demam adalah gejala yang sering terjadi. Selain itu pasien juga mengalami hot flashes, rentan terhadap berbagai infeksi, ulkus oral, dan mudah marah
7. Pemeriksaan Fisik
v Inspeksi: kelemahan, pucat, turgor kulit kering, adanya infeksi / mudah terkena infeksi (jika adanya luka), adanya luka yang menandakan kelemahan imun tubuh (sariawan/ stomatitis), nafas cepat dan dangkal
v Palpasi: Adanya nyeri tekan pada area yang sakit dan teraba panas, suhu tubuh menunjukkan peningkatan
v Auskultasi : ditemukan ronchi
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan labolatorium
v Dilakukan pemeriksaan sel darah lengkap (CBC), termasuk manual diferensial dalam kasus mengevaluasi leukopenia. Hati-hati terhadap evaluasi noda darah perifer yang memberikan informasi tentang sel darah merah (RBC) dan morfologi trombosit.
v Pemeriksaan smear sumsum tulang dan biopsi sampel dengan teknik sitometri arus.
v Pemeriksaan microbiologic cultur darah, luka, dan cairan tubuh dapat dilihat pada pasien demam.
v Pengujian antibodi antineutrophil harus dilakukan pada pasien dengan riwayat autoimun sugestif dari neutropenia dan pada mereka yang tidak jelas penyebab leukopenia.
v Dalam bawaan neutropenia dan neutropenia siklik, analisis genetik harus dilakukan untuk mengklasifikasikan kondisi benar.
2. Imaging Studies
v Tidak ada pencitraan yang spesifik untuk menetapkan diagnosis leukopenia.
v Sebagai bagian dari pemeriksaan untuk lokalisasi infeksi, sesuai radiografi (misalnya, gambar dada) ditandai.
v Studi pencitraan lain ditentukan oleh keadaan-keadaan khusus dari setiap kasus.
3. Temuan histologis
v Pada smear darah tepi menunjukkan penurunan yang ditandai atau tidak adanya neutrofil.
v Pada sumsum tulang mungkin menunjukkan myeloid hypoplasia atau tidak adanya myeloid prekursor.
v Dalam banyak kasus, sumsum tulang selular dengan pematangan promyelocyte di sumsum tulang belakang.
v Pada kesempatan ini, mungkin hypercellular sumsum.
4. Pemeriksaan pungsi lumbal pengambilan cairan Bone Merrow
9. Diagnosis
Diagnosis ditetapkan dengan melihat tanda dan gejala pada klien serta didasarkan pada hasil pemeriksaan yang mendukung diagnosis. Pada pemeriksaan darah lengkap tampak penurunan jumlah leukosit dalam darah. Pada smear darah tepi menunjukkan penurunan yang ditandai atau tidak adanya neutrofil. Pemeriksaan sumsum tulang mungkin menunjukkan myeloid hypoplasia atau tidak adanya myeloid prekursor. Dalam banyak kasus, sumsum tulang selular dengan pematangan promyelocyte di sumsum tulang belakang.
10. Penatalaksanaan / Pengobatan Leukopenia
v Steroid dan vitamin yang diresepkan oleh dokter untuk mengaktifkan sumsum tulang untuk menghasilkan lebih banyak sel darah putih.
v Beberapa terapi seperti terapi sitokin dan kemoterapi digunakan untuk pengobatan leukopenia.
11. Prognosis Leukopenia
Pada leukopenia tanpa pengobatan, dalam waktu kurang dari 1 minggu setelah dimulainya leukopenia total akut, dapat terjadi kematian. Pada leukopenia karena aplasia sumsum tulang, asalkan tersedia waktu yang cukup, pasien diterapi dengan transfusi yang tepat, ditambah antibiotik dan obat-obatan lainnya untuk menaggulangi infeksi, biasanya terbentuk sumsum tulang baru yang cukup dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan supaya konsentrasi sel-sel darah dapat kembali normal (Guyton,2008).
12. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan leukopenia antara lain :
1)      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveoli ditandai dengan dispnea, takikardi, hipoksia, dan AGD abnormal.
Tujuan :
- Saturasi oksigen dalam batas normal
- Tidak terdapat pernafasan bibir
- Tidak terdapat cyanosis dan dispnea
- TTV dalam batas normal
(RR = 16-20 x/menit ; HR = 60 – 100 x/menit ; suhu : 36-370 C ± 0,50 C, TD : 120/80mmHg)
Rencana
a) Kaji frekuensi kedalaman pernafasan.
b) Awasi tanda vital dan irama jantung.
c) Dorong pengeluaran sputum.
d) Tingggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas

2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mucus yang meningkat di saluran nafas atas ditandai dengan klien mengatakan tidak dapat batuk efektif, terdapat dispnea, dan ronchi.
Tujuan :
- Kebersihan oral klien dapat dipertahankan
- RR klien normal (16-20 x/menit)
- Ronchi klien berkurang atau hilang
- Klien dapat melakukan batuk produktif
Rencana
a) Monitor adanya dispnea, sekret dan ada tidaknya batuk produktif
b) Berikan posisi yang nyaman untuk memaksimalkan ventilasi yang potensial    untuk masukan O2 seperti posisi semi fowler 300 - 450.
c) Ajarkan klien untuk batuk produktif dengan cara memaksimalkan penghirupan nafas lalu dibatukkan
d) Memposisikan klien untuk dapat dilakukan postural drainase pada klien.
3) PK infeksi
Tujuan :
- WBC berada dalam batas normal (5000-10.000 / mm3)
- Integritas kulit dan mukosa membaik
- Suhu tubuh dalam batas normal (36 - 370 C ± 0,50 C)
Rencana
a) Pantau tanda dan gejala infeksi
b) Pantau TTV secara berkala
c) Pantau jika ada tanda-tanda sepsis pada klien







DAFTAR PUSTAKA
Carpenito – Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doenges, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kamus Kedokteran Dorland. 1994. Ed.26. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hoffbrand, AV.dkk. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Ed4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mansjoer, Arif. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed3. Media Aesculapius. FK UI. 2000.
Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed4. Jakarta.
EGC. 1995.
Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

1 komentar: