Cari Blog Ini

Minggu, 17 April 2011

APPENDICITIS

NAMA:BAYNA YULISTIANI
NIM    :O4.08.1979
KELAS:C.KP.V1 




BAB I
LANDASAN TEORI

1.1 DEFINISI APPENDICITIS
 Appendicities adalah radang / inflamasi pada appendix vemiformis,dan merupakan penyebab penyakit abdomen akut yang paling sering. Sedangkan appendicitis akut adalah appendicitis dengan onset gejala akut yang memerlukan intervensi bedah dan biasanya dengan nyeri di kuadran abdomen kanan bawah dan dengan nyeri tekan tekan dan alih, spasme otot yang ada di atasnya, dan dengan hiperestesia kulit. Sedangkan appendicitis kronis ditandai dengan nyeri abdomen kronik (berlangsung terus menerus ) di dearah fossa illiaca dextra,tetapi tidak terlalu parah, dan bersifat continue atau intermittent, nyeri ini terjadikarena lumen appendix mengalami partial obstruk. Penyakit ini dapat mengenal semua umurbaik laki-laki maupun perempuan. Tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun, dan jarang sekali terjadi pada usia di bawah 2 tahun.
Usus buntu atau appendicitis atau umbai cacing hingga saat ini fungsinya belum di ketahui dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang mengganggu. Bila terjadi peradangan, harus segera dilakukan pembedahan untuk mencegah komplikasi yang berbahaya. Appendix menghasilkan lendir 1 -2 ml / hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir tersebut, maka akan mempermudah timbulnya appendicitis (radang pada appendicitis ). Di dalam appendicitis juga terdapat immunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan yang banyak terdapat di dalamnya adalah Ig A.
Pada pemeriksaan fisik, keluhan dirasakan oleh penderita biasanya berupa demam ringan dengan suhu 37,5 – 38,5 °C. Bila suhu tubuhnya  sudan tinggi, maka mungkin sudah terjadi perforasi. Saat dilakukan inspeksi oleh dokter pada daerah perut tidak akan ditemukan tanda yang khas, karena memang tidak ada penonjolan atau penimbunan pada bagian perut. Kecurigaan pada appendicitis akan timbul pada saat dokter melakukan palpasi perut. Pada daerah perut kanan bawah, sering kali bila ditekan akan terasa nyeri. Appendicitis yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang akan menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. Pada suatu saat, ketika meradang lagi maka biasa disebut appendicitis eksaserbasi akut.
Pada pasien appendicities  dapat melakukan manajemen sebagai berikut. Bila kita mendapati pasien dengan nyeri pada fossa iliaca kanan, dan pasien itu memiliki tanda dan gejala lain dari appendicities sehingga kita dengan yakin mendiagnosisnya sebagai appendicities, maka segara lakukan appendectomy. Apabila kita mendapati pasien dengan nyeri pada fossa illiaca kanan, namun belum dapat dipastikan diagnosis dari pasien tersebut apakah appendicities atau penyakat lainnya, maka kita harus mereview pasien tersebut sacara periodic, bili perlu pasien kita sarankan untuk rawat inap agar dapat dipantau perkembagannya dengan baik, bila dipantau masih menimbulkan keraguan maka kita dapat melakukan pemeriksaan penunjang seperti, memeriksa urine, sacara mikroskopis, X-ray, full blood count, serum amylase.
Sebagai seorang perawat dalam menangani pasien eppendicities ini, perawat harus melakukan  perawatan luka supaya tidak terjadi infeksi pada paien dan perawat juga harus menjaga supaya tidak terjadi infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat selama perawatan di Rumah Sakit, dimana sebelumnya klien tidak mengalaminya dan tidak dalam masa inkubasi penyakit, atau infeksi yang belum dialami klien saat dating di Rumah Sakit tetapi terjadi pada 48 – 72 jam setelah dirawat inap.
Sistem tubuh yang dapat mengalami infeksi nosokomial adalah :
  1. sistem pernafasan
  2. sistem pencernaan
  3. sistem perkemihan
  4. sistem cardiovascular
  5. sistem musculoskeletal
infeksi nosokomial dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu :
Ø  mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan setiap tindakan keperawatan
Ø  menggunakan masker jika perlu
Ø  menggunakan sarung tangan sesuai kebutuhan
Ø  menggunakan teknik aseptic
Ø  tidak menyentuh area /alat yang terkontaminasi, hati – hati tertusuk jarum
Ø  pertahankan lingkungan yang bersih dan nyaman
Ø  melatih mobilisasi atau ROM
Ø  mengganti alat medis yang terpasang secara periodic ( contoh : ganti IV cateter 3 hari sekali )
Ø  membuang urine pada bag urine sebelum penuh
Ø  ganti linen atau sprei klien dengan segera dan lantai jika terkontaminasi darah, pus, secret, dll untuk mencegah kontaminasi
Ø  jangan membuka luka jika lantai dibersihkan
Ø  isolasikan klien jika perlu

1.2 ETIOLOGI APPENDICITIES
Appendicities mempunyai tanda dan gejala bervariasi yaitu nyari yang dirasakan samara yaitu pada bagian tengah abdominal tepatnya pada periumbilikal ( nyeri tumpul ). Seringkali disertai dengan rasa mual dan muntah ( 3 kali,facial fkush, tenderness pada fossa illiaca, demam suhu antara 37,5 – 38,5ºC). Beberapa jam kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah, yang oleh kalangan medis disebut titik Mc. Eurney. Nyeri ini akan dirasakan akan lebih jelas baik letak maupun derajat nyerinya. Tanda – tanda dari appendicities klasik ini dapat ditemukan kurang dari setangah kasus yng terjadi. Ada juga tanda – tanda lain yang muncul yaitu bila appendix berada di dekat rectum, maka itu dapat menyebabkan iritasi local dan diarrhea. Bila appendix terletak dekat dengan vesica urinaria atau ureter, maka itu dapat menyebabkan dysuria dan pyuria ( secara mikroskopik ).
Sedangkan appendicities itu disebabkan antara lain obstruksi oleh fecalith, a gallstone, tumor, atau bahkan oleh cacing ( oxyurus vermicularis ). Terjadinya appendicities umumnya karena bakteri. Namun terdapat banyak sekali factor pencetus terjadinya hal itu. Diantaranya sumbatan dari lumen appendix, adanya timbunan tinja yang keras (fekalith), tumor appendix. Namun juga dapat terjadi karena pengikisan mukosa appendix akibat parasit seperti E. hystoutica. Rendah serat juga akan menimbulkan kemungkinan terjadi appendicities. Tinja yang keras pada akhinya akan menyebabkan konstipasi yang akan meningkatkn tekanan di dalam sekum sehinggaakan mempermudah timbulnya penyakit itu.

1.3 MANIFESTASI KLINIS
Keluhan appendicities biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilicus atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2 – 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan akan diperberat bila berjalan dan batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi kadang – kadang terjadi diare, mual dan muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun beberapa jam nyeri abomen kanan bawah akan semakin progresif, dan dengan pemeriksaan seksama akan menunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapt membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme biasanya juga muncul. Bila tanda rovsing, proas, dan obturator positif, akan semakin meyakinkan diagnosis klinis appendicities.

1.4 PATOFISIOLOGI APPENDICITIES
Appendicities dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang telah dijelaskan pada etiologi, akan tetapi akan sering disebabkan obstruksi oleh fekalith. Hasil observasi epidemologi juga menyebutkan bahwa obstruksi fekalith adalah penyebab terbesar. Pada awal apppendicities, mukosa mengalami inflamasi terlebih dahulu. Kemudian inflamasi ini akan meluas ke lapisan submukosa, termasuk juga lapisan muskularis dan lapisan serosa. Terbentuk juga eksudat fibrinoputulen pada permukaan serosa dan menyebar ke dinding peritoneal terdekat sehingga menyebab peritonitis. Pada fase ini glandula mukosa yang nekrosis masuk ke dalam lumen usus, sehingga menyebabkan terjadinya nanah atau pus di dalam lumen. Akhirnya pembuluh – pembuluh kapiler yang mensuplay darah ke appendix mengalami trombosa dan appendix yang infark tersebut menjadi nekrosis atau gangrenous. Setelah mengalami nekrosis mengalami perforasi, sehingga kandungan yang terdapat dalam lumen appendix, seperti pus dapat menyebar di cavitas peritoneal dan menimbulkan peritonitis.
Pada anak – anak, karena omentum lebih pendek dan appendix lebih panjang, dinding appendix lebih tipis. Keadaan tersebut di tambah daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.

1.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
  1. pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan panggul, rectum ( dubur ), pemeriksaan laboratorium darah
  2. pemeriksaan urine
  3. pemeriksaan roentgen abdomen
  4. USG (bila perlu)
  5. CT SCAN (bila perlu)
Di bawah ini adalah foto roentgen penyakit appendicities




1.6 KOMPLIKASI
  1. mempunyai kecenderungan progresif
  2. mengalami perforasi
  3. meningkatkan nyeri, demam, malaise dan leukositas semakin jelas
  4. psaame otot dinding perut kuadran kanan bawah
  5. pembentukan abses
  6. abses subferenikus dan fokal sepsis intra abdominal
  7. obstruksi intestinal

1.7 PENATALAKSANAAN
1. sebelum operasi
a.Observasi
Dalam 8 – 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendicities sering kali belum jelas. Dalam keadaan ini observasi perlu dilakukan pasien  diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh di berikan blila dicurigai adanya appendicities ataupun bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) di ulang secara periodic, foto abdomen dan toraks tegak dilakukan  untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulkan keluhan.
b. inkubasi bila perlu
2. antibiotic
Antibiotic spectrum luas diberikan selama 7 sampai 10 hari. Piremidin (Demerol) diberikan untuk menghilangkan nyeri. Antispasmodik seperti propantelin bromide (pro- banthine) dan oksifensiklimin (darison) dapat diberikan. Untuk mengatasi diare yang terjadi dapat diberikan  supositoria evakuan (dulcolax).
3. pasca operasi
Perlu di lakukan observasi tanda – tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam syok, hipertensi, atau gangguan pernafasan. Angkat sonde lambuna bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien didalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik selama 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuaskan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.
Kemudian berikan minummulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2x30 menit. Pada hari ke 2 pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ke 7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
4. penatalaksanaan gawat darurat non- operasi
Bila tidak ada fasilitas bedah, berikan penatalaksanaan seperti dalam peritonitis akut. Dengan demikian gejala appendicitiesakut akan mereda, dan kemungkinan terjadinya komplikasi akan berkurang.





BAB III
KESIMPULAN

Appendicities adalah radang / inflamasi pada appendix vemivormis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Appendicities sering ada 2 jenis yaitu appendicities akut dan appendicities kronis.
Setelah dilakukan pengkajian telah didapat beberapa diagnosa yaitu :
  1. nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
  2. kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
  3. hipertermia berhubungan dengan penyakit
  4. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu memasukkan, mencerna, dan mengasorbsi makanan
  5. diare berhubungan dengan proses infeksi
  6. gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
  7. intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi
  8. imobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
  9. kurang perawatan diri mandi berhubungan dengan nyeri
  10. ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar