Cari Blog Ini

Sabtu, 26 Maret 2011

PERITONITIS

NAMA : FIKAYATUS SHALIHAH
NIM : 04.08.1987
KELAS : C/KP/VI


BAB I
LANDASAN TEORI

A. PERITONITIS
1. Pengertian Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum), yaitu selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam.

2. Penyebab Peritonitis
“Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik”
(Andra, 2007)
Selain hal tersebut, penyebab peritonitis antara lain yaitu :
a. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
Yang sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung empedu, atau usus buntu. Sebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap infeksi. Jika pemaparan tidak berlangsung terus menuerus, tidak akan terjadi peritonitis, dan peritoneum cenderung mengalami penyembuhan bila diobati.
b. Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual.
c. Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis kuman atau ruptur (pecahnya) kista ovarium.
d. Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bias berkumpul di perut (asites) dan mengalami infeksi.
e. Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan.
Cedera pada kandung empedu, ureter, kandung kemih atau usus selama pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selama pembedahan untuk menyambungkan bagian usus.
f. Dialisa peritoneal ( pengobatan gagal ginjal ) sering mengakibatkan peritonitis. Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di dalam perut.
g. Iritasi tanpa infeksi.
Misalnya peradangan pancreas (pankreatitis akut) ayau bubuk bedak pada sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan peritonitis tanpa infeksi.
h. Adanya iritasi bahan kimia, misalnya asam lambung dan perforasi ulkus gastrikum atau kandung empedu dari kantong yang pecah atau hepar yang mengalami laserasi.

3. Tanda dan Gejala Klinis Peritonitis
iagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum pariental). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu, misalnya perporasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat, atau iskemia usus, nyeri abdomennya berlangsung luas di berbagai lokasi.
Tanda –tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat lainnya, yakni demam tinggi, atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum di tempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang, biasanya karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasi yang menyakitkan, atau bisa juga memang tegang karena iritasi peritoneum. Nyeri ini akan samar dengan nyeri akibat apendisitis yang biasanya di bagian kanan perut, atau kadang samara juga dengan nyeri akibat abses yang terlokalisasi dengan baik. Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat velvic inflammatory disease, namun pemeriksaan ini jarang dilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.
Bila peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi bisa berkembang dengan cepat. Gerakan peristaltic usus akan menghilang dan cairan tertaha di usus halus dan usus besar. Cairan juga akan merembes dari peredaran darah ke dalam rongga peritoneum. Terjadi dehidrasi berat dan darah kehilangan elekrolit. Selanjutnya bisa terjadi komplikasi utama, seperti kegagalan paru-paru, ginjal atau hati dan bekuan darah yang menyebar.

4. Patofisiologi Peritonitis
Peritonitis dapat menyebabkan penurunan aktivitas fbrinolitik intraabdomen (meningkatnya aktivitas inhibitor antivaktor plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan adanya pembentukan jejering pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme terpenting dari system pertahanan tubuh, dengan cara ini akan terikat bakteri dalam jumlah yamh sangat banyak diantara matriks fibrin.
Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanismetubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan penyebaran kuman dengan membentuk kompartemen-kompertemen yang kita kenal sebagai abses. Masuknya bakteri dengan jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit viseral atau intervensi bedah yang merusak keaadaan abdomen.
Selain jumlah bakteritransien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis juga terjadi memang karena virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan pertumbuhan bakteri lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat koifensi bakteroides fragilis dan bakteri gram negative, terutama E. coli. Isolasi peritoneum pda pasien peritonitis menunjukan jumlah candida albicans yang relative tinggi, sehingga dengan menggunakan skor APACHE II (acute physiology and cronic health evaluation ) diperoleh mrtalitas tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat ini peritonitis diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon imun tubuh hingga mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dan Multiple Organ failure (MOF).

5. Pembagian Peritonitis
a. Peritonotis Primer
Disebabkan oleh pengerasan hati yang dapat menimbulkan asites.
b. Peritonitis Sekunder
Merupakan bentuk peritonitis yang paling sering terjadi. Disebabkan oleh perforasi atau nekrosis organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal.
c. Peritonitis Tersier
Dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, sering bukan berasal dari kelainan organ. Biasanya timbul abses atau flegmon, dengan atau tanpa fistula.
d. Peritonitis Steril atau Kimiawi
Peritonitis ini dapat terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain .

B. OPERASI LAPARATOMI
1. Pengertian Operasi Laparatomi
Laparatomi adalah operasi buka perut untuk eksplorasi isi perut apakah ada nanah, perdarahan, lubang, kebocoran, dan sebagainya untuk pria dan wanita. Laparatomi dilakukan untuk memeriksa beberapa organ abdomen di sebelah bawah dan pelvis (rongga panggul). Operasi ini juga dilakukan sebelum melakukan pembedahan mikro pada tuba falopii.
2. Persiapan Sebelum dan Sesudah Operasi Laparatomi
Diagnosis praoperasi yang benar merupakan kunci berhasilnya operasi. Apabila pada pembukaan abdomen terdapat temuan-temuan yang diharapkan, sudah barang tentu operasi akan berjalan lancar dan keseluruhannya akan dikerjakan dengan lebih baik.
Apabila pada waktu dilakukan laparatomi terjadi peritonitis, maka harus dipikirkan :
a. Mencuci ruang peritoneum sebelum penutupan.
b. Pemasangan lavasi peritoneum.
Telah dianjurkan berbagai macam larutan antiseptic dan antibiotic. Salah satu yang telah mendapat banyak dukungan eksperimental dan klinis adalah tetrasiklin 1 mg/ml dalam larutan garam dalam jumlah sampai 5 liter. Pada kadar ini tetrasiklin bersifat bakterisid dan penggunaannya dianjurkan untuk situasi apapun bila terjadi kontaminasi peritoneum oleh organisme dari usus.
Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain :
a. Pertimbangkan kebutuhan untuk membuat gastrostomi sebelum abdomen ditutup. Putuskan untuk lebih memilih tindakan ini bila peritonitisnya parah.
b. Lavasi peritoneal dan irigasi. Lavasi ekstensif mendekati saat operasi untuk peritonitis dengan satu liter atau lebih tetrasiklin dalam larutan garam, pada kadar 1 mg per ml. Kurang ada kesepakatan mengenai irigasi pascaoperatif.
c. Penatalaksanaan luka.
d. Teruskan tindakan suportif yang telah digambarkan untuk persiapan praoperasi. Perhatian khusus harus diberikan pada bahaya komplikasi pernafasan dan anjurkan sebanyak mungkin mobilitas dan batuk energetic. Obat-obat harus disesuaikan pada kebutuhan penderita untuk menghilangkan sakit dan untuk tidur.
e. Atur bagan pencatatan yang memadai untuk tanda-tanda vital.
f. Teruskan kombinasi antibiotic selama 5 hari.
g. Tetap awas untuk timbulnya abses residual.

C. PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI
1. Memandikan Pasien
Memandikan pasien merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara mandiri atau memerlukan bantuan.
a. Tujuan Memandikan Pasien
Tujuan memandikan pasien antara lain yaitu :
1) Mempertahankan kebersihan kulit
2) Mencegah infeksi kulit
3) Memperlancar peredaran darah
4) Mempertahankan kenyamanan pasien.
b. Alat dan Bahan
1) Baskom mandi dua buah yang berisikan air dingin dan air hangat
2) Pakaian pengganti
3) Kain penutup
4) Handuk dan waslap
5) Tempat untuk pakaian kotor
6) Skrin (sampiran)
7) Sabun.
c. Prosedur kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien
2) Cuci tangan
3) Atur posisi pasien menjadi posisi tidur telentang/setengah duduk
4) Bentangkan handuk di bawah kepala dan bersihkan wajah, telinga, dan leher dengan air hangat/sabun dengan waslap lalu keringkan dengan handuk
5) Kain penutup (pakaian) diturunkan, bentangkan handuk di atas dada pasien dan kedua tangan ada di atas handuk tersebut. Basahi kedua tangan dengan air bersih dan bersihkan dengan menggunakan sabun dan bilas dengan air hangat lalu keringkan dengan handuk
6) Setelah kedua tangan dikeataskan, handuk dipindahkan ke sisi pasien dan bersihkan daerah dada dan perut dengan sabun. Bilas dengan air hangat lalu keringkan dengan handuk
7) Kemudian pasien dimiringkan ke kiri. Handuk dibentangkan di bawah punggung sampai glutea. Lalu basahi punggung dengan sabun dan air hangathingga glutea. Keringkan punggung dengan handuk kemudian miring ke kanan. Setelah itu pasien kembali ke posisi telentang dan pakaian atas dipasangkan dengan rapi
8) Letakkan handuk di bawah lutut dan kemudian lutut dibersihkan dengan sabun dan air hangat. Kaki yang paling jauh didahulukan dan dikeringkan dengan handuk
9) Ambil handuk dan diletakkan di bawah glutea. Pakaian bawah perut dibuka lalu dibersihkan dengan sabun dan air hangat pada daerah lipatan paha dan genitalia. Setelah selesai semua dirapikan
10) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

2. Merawat Gigi dan Mulut
Merawat gigi dan mulut merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang dihospitalisasi. Tindakan ini dapat dilakukan oleh pasien yang sadar secara mandiri atau dengan bantuan perawat. Untuk pasien yang tidak mampu mempertahankan kebersihan mulut dan gigi secara mandiri harus dibantu sepenuhnya oleh perawat.
a. Tujuan
1) Mencegah infeksi gusi dan gigi
2) Mempertahankan kenyamanan rongga mulut.
b. Alat dan Bahan
1) Handuk dan kain pengalas
2) Gelas kumur berisi : air masak/NaCl, obat kumur, borax gliserin
3) Spatel lidah yang telah dibungkus dengan kain kassa
4) Kapas lidi
5) Bengkok
6) Kain kassa
7) Pinset atau arteri klem
8) Sikat gigi dan pasta gigi
c. Prosedur Kerja
Untuk pasien tidak sadar.
1) Jelaskan prosedur kepada pasien
2) Cuci tangan
3) Atur posisi dengan posisi tidur miring kanan atau miring kiri
4) Pasang handuk di bawah dagu atau pipi pasien
5) Ambil pinset dan bungkus dengan kain kassa yang dibasahi air hangat atau masak
6) Gunakan tongue spatel (sudip ludah) untuk membuka mulut pada saat membersihkan gigi atau mulut
7) Lakukan pembersihan dimulai dari dinding rongga mulut, gusi, gigi, dan lidah
8) Keringkan dengan kassa steril yang kering
9) Setelah bersih oleskan borax gliserin
10) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Untuk pasien sadar, tetapi tidak mampu melakukan sendiri.
1) Jelaskan prosedur kepada pasien
2) Cuci tangan
3) Atur posisi dengan duduk
4) Pasang handuk di bawah dagu atau pipi pasien
5) Ambil pinset dan bungkus dengan kain kassa yang dibasahi air hangat atau masak
6) Kemudian bersihkan pada daerah mulut mulai rongga mulut, gusi, gigi, dan lidah. Lalu bilas dengan larutan NaCl.
7) Setelah bersih oleskan borax gliserin
8) Untuk perawatan gigi lakukan penyikatan dengan gerakan naik turun
9) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

































BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. T
DENGAN MASALAH PERAWATAN DIRI
DI RUMAH SAKIT WIROSABAN YOGYAKARTA

A. PENGKAJIAN
Ruang :
Tanggal Pengkajian :
Jam :

1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama :
Tempat Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
No. CM :
Tanggal Masuk :
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Tempat Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Hubungan dengan pasien :

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri akibat peritonitis pada daerah abdomen.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada pengkajian terdapat nyeri di daerah perut. Pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari sehingga penampilannya tampak kumuh, mulut berbau, dan giginya tampak kotor. Tekanan darah : hipotensi, suhu tubuh : hipertermi, frekuensi pernafasan : takipneu, nadi : takikardi.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien memiliki penyakit apendisitis yang menyebabkan ia menjalani operasi apndisitis satu tahun yang lalu.
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat, cuaca, makanan, debu, maupun zat kimia lain.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Suami pasien yaitu Tn. K pernah dirawat di rumah sakit akibat menderita demam berdarah.
e. Genogram









Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien
: Tinggal dalam satu rumah
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lingkungan rumah pasien bersih, lingkungan di sekitar rumag pasien juga bersih.

3. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)
a. Persepsi terhadap Kesehatan
Pasien mengatakan bahwa sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Apabila sakit, pasien membeli obat di warung, memeriksakan ke Puskesmas atau dokter tergantung jenis sakit yang diderita.
b. Pola Aktivitas Latihan
Selama sakit, pola aktivitas dan latihan pasien sebagai berikut.
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Eliminasi √
Mobilisasi di tempat tidur √
Pindah √
Ambulansi √
Makan √
Keterangan :
0 : mandiri
1 : menggunakan alat Bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang dan peralatan
4 : ketergantungan/tidak mampu
c. Pola Istirahat Tidur
Selama sakit pasien mengalami gangguan pola tidur akibat nyeri pada daerah abdomen.
d. Pola Nutrisi Metabolik
Selama sakit pasien mengalami penurunan nafsu makan, anoreksia, mual dan muntah, serta mengalami kehausan.
e. Pola Eliminasi
Selama sakit pasien jarang BAB dan tidak mampu dalam hal defekasi. Terjadi penurunan keluaran urine, warna urine gelap.
f. Pola Kognitif Perseptual
Selama sakit pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan mengerti apa yang dibicarakan. Pasien terkadang terlihat meringis.
g. Pola Konsep Diri
1) Harga Diri
Pasien mengatakan tidak merasa rendah diri terhadap penyakit yang diderita.
2) Ideal Diri
Tidak terganggu.
3) Identitas Diri
Pasien mengetahui segala hal tentang dirinya dan tidak mengalami gangguan dalam hal identitas diri.
4) Gambaran Diri
Terdapat luka bekas operasi pada daerah abdomen.
5) Peran Diri
Pasien tidak dapat melakukan perannya sebagai ibu rumah tangga seperti biasanya karena penyakitnya tersebut.
h. Pola Koping
Apabila memiliki masalah pasien selalu mengatakan kepada suaminya. Pasien selalu terbuka dalam mengutarakan masalahnya. Pasien sangat optimis terhadap masa depan dan yakin akan segera sembuh.

i. Pola Seksual Reproduksi
Pasien menarche pada usia 13 tahun, menstruasi normal dengan siklus 28 hari. Pasien tidak pernah melakukan pap smear dan tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara. Terdapat kista pada ovarium pasien.
j. Pola Peran Hubungan
Hubungan pasien dengan keluarga, suami, anak dan tetangganya baik.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Selama sakit pasien tidak dapat melakukan sholat seperti biasanya.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
1) Suhu : hipertermi ( >37,5 ÂșC)
2) Nadi : takikardi ( >100x/menit)
3) Tekanan Darah : hipotensi ( < 109/69 mmHg) 4) Pernafasan : takipneu ( > 24x/menit)
5) Tinggi Badan : 165 cm
6) Berat Badan : 58 kg
b. Keadaan Umum
Keadaan umum baik. Kesadaran komposmentis. Penampilan pasien sesuai dengan umurnya. Bentuk badan sedang, bicara jelas, namun terkadang disertai dengan merintih. Pasien berbaring dan bergerak terbatas. Penampilan pasien terlihat kumuh dan kotor. Pasien terlihat pucat dan berkeringat.
c. Kulit, Kuku, Rambut
Warna kulit normal. Tidak terdapat lesi. Warna kuku kemerahan. Jumlah rambut banyak dan merata.
Suhu tubuh teraba hangat, membrane mukosa kering, turgor kulit jelek.
d. Kepala
Muka simetris, tidak ada kelainan bentuk pada tengkorak.rambut kuat, berwarna hitam, dan distribusinya merata. Kulit kepala kotor dan terdapat ketombe.
Tidak ada nyeri tekan maupun massa pada kepala.
e. Mata
Reflek pupil (+), konjungtiva berwarna merah muda, sclera berwarna kemerahan, iris berwarna coklat.
f. Telinga
Daun telinga sewarna dengan bagian tubuh lain. Terdapat serumen pada liang telinga, telinga kotor. Catilago pada daun telinga bersifat elastis, tidak terdapat nyeri tekan pada prosesus mastoideus. Pendengaran normal/tidak tuli.
g. Hidung
Hidung simetris, tidak terdapat secret, perdarahan, maupun sumbatan. Hidung sewarna dengan bagian tubuh lain.
Tidak terdapat massa, nyeri tekan, maupun krepitasi.
h. Mulut
Bibir tidak sianosis. Terdapat plaque dan caries pada gigi. Membrane mukosa kering dan lidah bengkak. Mulut kotor dan berbau.
i. Leher
Leher simetris dan sewarna dengan bagian tubuh lain. Tidak ada pembengkakan, gerakan bebas.
Tidak terdapat massa dan nyeri tekan.
j. Dada
Terdapat peninggian diafragma, dada sewarna dengan bagian tubuh lain. Tidak ada massa maupun nyeri tekan. Payudara simetris, bentuk normal, dan sewarna dengan bagian tubuh lain. Tidak terdapat lesi maupun keluaran.
k. Paru-Paru
Pernafasan dangkal dan takipneu.
Pada inspeksi dan palpasi terdapat kesimetrisan ekspansi antara paru-paru kanan dan kiri.
Pada perkusi bunyi resonan.
Pada auskultasi tidak terdengar wheezing, ronkhi, maupun stridor.
l. Jantung
Pada auskultasi suara jantung terdengar lemah. Pada perkusi, suara redup/pekak. Pasien hipotensi dan frekuensi denyut nadi meningkat.
m. Abdomen
Bentuk abdomen normal dan simetris, sewarna dengan bagian tubuh lainnya.
Terdapat luka bekas operasi laparatomi. Abdomen teraba agak kaku (distensi abdomen).
Pada perkusi terdengar bunyi timpani/hiperesonan.
Terdapat nyeri tekan pada abdomen. Terjadi penurunan peristaltic usus.
n. Anus dan Rektum
Tidak terdapat nyeri tekan, massa, maupun hemoroid.
o. Alat Kelamin
Alat kelamin sewarna dengan bagian tubuh lainnya. Terdapat rambut pubis dan tidak terdapat keluaran.
Tidak ada massa dan nyeri tekan.
p. Musculoskeletal
Otot tegang sehingga tidak dapat berkontraksi dengan baik, terutama pada otot abdomen. Tidak terdapat deformitas, nyeri tekan, dan krepitasi pada tulang. Lutut fleksi dan tidak dapat bergerak dengan bebas.
q. Neurologi
Kesadaran komposmentis. Gerakan pasien lambat dan mengerti apa yang sedang dibicarakan.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan protein/albumin
Protein/albumin menurun karena perpindahan cairan.
b. Pemeriksaan amylase
Amilase mengalami peningkatan.
c. Pemeriksaan elektrolit
Hipokalemia.
d. GDA
Asidosis metabolic.
e. Kultur
Organisme penyebab peritonitis teridentifikasi dari darah, eksudat/secret, dan cairan asites.
f. Pemeriksaan foto abdominal
Distensi usus.
g. Foto dada
Peninggian diafragma.
h. Parasentesis
Cairan peritoneal mengandung darah, pus/eksudat, amylase, empedu, kreatinin.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Data Fokus
a. Pasien terlihat meringis
b. Distensi abdomen
c. Pasien mengalami gangguan pola tidur
d. Pasien mual dan muntah
e. Pasien mengalami penurunan nafsu makan
f. Terdapat luka bekas operasi pada abdomen
g. Mulut berbau dan gigi tampak kotor
h. Penampilan kumuh dan tidak bersih
i. Membrane mukosa kering
j. Turgor kulit jelek
k. Sklera berwarna kemerahan
l. Memerlukan bantuan dalam melakukan aktivitas
m. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : hipotensi
Suhu : hipertermi
Nadi : takikardi
Pernafasan : takipneu

2. Analisis Data
NO. SYMPTOM PROBLEM ETIOLOGI
1. - Pasien terlihat meringis
- Distensi abdomen
- Pasien mengalami gangguan pola tidur
- Pasien mengalami penurunan nafsu makan
- Terdapat luka bekas operasi pada abdomen Nyeri Akut Agen cidera biologi : luka operasi laparatomi
2. - Pasien mual dan muntah
- Mulut berbau dan gigi tampak kotor
- Pasien mengalami penurunan nafsu makan
- Membrane mukosa kering
- Turgor kulit jelek Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Tidak mampu memasukkan makanan karena factor biologi
3. - Mulut berbau
- Gigi tampak kotor
- Penampilan kumuh dan tidak bersih. Kurang perawatan diri mandi/hygiene Nyeri dan kelemahan
4. - Memerlukan bantuan dalam melakukan aktivitas.
- Penampilan kumuh dan tidak bersih.
- Mulut berbau dan gigi tampak kotor.
- Takikardi
- Hipotensi Intoleransi aktivitas Kelemahan secara menyeluruh
5. - Sklera berwarna kemerahan
- Pasien mengalami gangguan pola tidur
- Pasien terlihat meringis Gangguan pola tidur Hal yang mengakibatkan terjaga : nyeri

3. Prioritas Masalah
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi : luka operasi laparatomi.
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu memasukkan makanan karena factor biologi.
c. Kurang perawatan diri mandi/hygiene berhubungan dengan nyeri dan kelemahan.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hal yang mengakibatkan terjaga : nyeri.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh.
C. PERENCANAAN
NO. TUJUAN/
NOC INTERVENSI/
NIC RASIONAL
DX.
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, nyeri berkurang dengan criteria :
Kontrol Nyeri
160501 Mengenal factor penyebab
160502 Mengenal reaksi serangan nyeri
160509 Mengenal gejala nyeri
160511 Melaporkan nyeri terkontrol
Tingkat Nyeri
210203 Frekuensi nyeri
210206 Ekspresi akibat nyeri Administrasi Analgetik
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan tingkat nyeri sebelum mengobati pasien.

Berikan analgetik yang tepat sesuai dengan resep.

Catat reaksi analgetik dan efek buruk yang ditimbulkan

Pemberian Obat Penenang
Lihat catatan kesehatan pasien dan diagnosa akhir apakah perlu diberikan obat penenang.

Catat efek pengobatan.

Manajemen Nyeri
Anjurkan tidur/ istirahat cukup.

Agar dapat melakukan tindakan dengan tepat sesuai kondisi pasien.

Mengurangi nyeri yang dirasakan.


Memantau apakah pemberian analgetik perlu diteruskan.


Memastikan perlu atau tidak diberikan obat penenang.



Mencegah efek buruk yang dapat ditimbulkan.

Agar tidur pasien adekuat.
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, kebutuhan cairan terpenuhi dengan criteria :
Keseimbangan Cairan
060101 Tekanan darah dalam rentang normal
060107 Keseimbangan intake dan output selama 24 jam
Status Nutrisi
100401 Intake nutrisi
100402 Intake makanan dan cairan
100403 Bertenaga Manajemen Ketidakteraturan dalam Memakan
Ajarkan dan tanamkan konsep nutrisi sehat kepada pasien.

Catat intake dan output cairan.

Catat intake kalori dalam makanan sehari-hari.


Manajemen Nutrisi
Berikan pilihan makanan.




Berikan makanan berprotein tinggi, kalori tinggi, bergizi, dan minum.

Berikan perawatan mulut sebelum makan.


Mempengaruhi pasien untuk meningkatkan nafsu makan.

Memastikan keseimbangan intake dan output.
Memastikan pasien mendapat cukup kalori untuk menunjang aktivitas.

Meningkatkan nafsu makan dengan memberikan makanan yang disukai.
Menjaga asupan nutrisi untuk sumber energi.


Menghilangkan ketidaknyamanan pada mulut.
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, penampilan lebih baik dan bersih dari sebelumnya dengan criteria :
Perawatan Diri: Mandi
030101 Masuk dan keluar kamar mandi
030110 Membasuh tubuh
030111 Mengeringkan tubuh
Perawatan Diri: Aktivitas Sehari-Hari
030006 Bersih Mandi
Bantu mandi di tempat tidur.

Mandikan dengan air dengan suhu yang nyaman.

Pantau kondisi kulit ketika mandi


Pantau kemampuan fungsi tubuh ketika mandi.
Membantu Perawatan Diri : Mandi/ Kebersihan
Bantu pasien sampai benar-benar mampu melakukan perawatan diri.
Mempertahankan kebersihan diri pasien.
Meningkatkan kenyamanan pada pasien.

Memantau apakah ada infeksi/luka pada kulit.
Untuk menunjang aktivitas pasien




Mempertahankan kebersihan diri pasien.

4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pola tidur lebih baik dari sebelumnya dengan criteria :
Tidur
000401 Lamanya tidur
000403 Pola tidur
000404 Kualitas tidur
000406 Tidur tidak terganggu
000408 Perasaan segar saat bangun tidur Peningkatan Tidur
Pantau pola tidur dan lamanya tidur pasien.

Ciptakan lingkungan untuk mendukung tidur pasien.

Berikan pijatan nyaman.

Anjurkan peningkatan lamanya tidur.

Berikan obat tidur.


Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai kenyamanan, teknik peningkatan tidur, dan perubahan gaya hidup yang dapat mengoptimalkan tidur.
Mengetahui pola tidur dan lamanya tidur pasien.
Menciptakan kenyamanan.


Memberikan kenyamanan.

Agar kebutuhan tidur terpenuhi.


Memudahkan pasien untuk tidur.
Memberikan tindakan yang tepat dalam hal peningkatan tidur.
5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien dapat melakukan aktivitas lebih baik dari sebelumnya dengan criteria :
Toleransi Aktivitas
000502 Nadi normal untuk beraktivitas
000504 Tekanan darah sistolik normal untuk beraktivitas
000505 Tekanan darah diastoli normal intuk beraktivitas
000512 Bertenaga
000513 Menunjukkan aktivitas sehari-hari
Daya Tahan
000102 Beraktivitas
000110 Tidak menunjukkan kelelahan
Perawatan Diri : Aktivitas Sehari-Hari
030001 Makan
030002 Berpakaian
030003 Eliminasi
030004 Mandi
030005 Berdandan
030006 Bersih
030007 Kebersihan mulut Terapi Aktivitas
Tentukan komitmen pasien untuk meningkatkan frekuensi aktivitas.

Ajarkan pasien/ keluarga cara melakukan keinginan beraktivitas.

Bantu pasien mengembangkan motivasi diri dan kekuatan untuk beraktivitas.

Berikan aktivitas pengganti ketika pasien mempunyai waktu, energi, dan kemampuan untuk bergerak.
Manajemen Energi
Pantau intake nutrisi.

Pantau tanda-tanda vital.


Berikan latihan gerakan aktif/ pasif.

Bantu pasien melakukan aktivitas fisik secara teratur, misalnya perubahan posisi dan perawatan diri.

Evaluasi peningkatan aktivitas.
Meningkatkan kepercayaan diri pada pasien.


Untuk menyalurkan keinginan pasien untuk beraktivitas.
Agar pasien memiliki semangat dan kekuatan untuk beraktivitas/bergerak.
Menghilangkan kejenuhan pada pasien dan meringankan ketegangan otot.


Menjamin sumber energi
Memastikan kondisi dan perkembangan pasien.
Meringankan ketegangan otot.

Mencegah adanya luka pada daerah tertekan dan mempertahankan kebersihan diri pasien.

Agar dapat menentukan tindakan apa yang harus dilakukan.




BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penjabaran di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum), dimana penyebab utama penyakit ini ialah spontaneous bacterial peritonitis ( SBP ) akibat penyakit hati yang kronik.
2. Tindakan keperawatan yang diberikan pada Ny. Tari adalah kegiatan memandikan pasien dan perawatan mulut.

B. SARAN
1. Perawat seharusnya lebih memperhatikan kondisi pasien. Jangan sampai melakukan tindakan setelah pasien merasa tidak nyaman, seperti pada Ny. Tari. Seharusnya perawat memandikan Ny. Tari dan melakukan perawatan mulut sehingga penampilan pasien tidak kumuh dan kebersihan pasien tetap terjaga karena kebersihan diri berperan bagi kesehatan pasien.
2. Dalam melakukan tindakan perawat harus dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab.











DAFTAR PUSTAKA

Andra. 2007. Peritonitis Pedih dan Sulit Diobati. www.majalah-farmacia.com. 2 Desember 2007.
Doenges, Marilynn E. et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Johnson, Marion et all. 2000. Iowa Intervention Project Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis : Mosby Inc.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
McCloskey, Joanne C. dan Gloria M. Bulechek. 1996. Iowa Intervention Project Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis : Mosby - Year Book Inc.
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika.
www.medicastore.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar