Cari Blog Ini

Jumat, 25 Maret 2011

HIPERADRENALISME

Nama :Ni Made Supadmawati
Nim : 04.08.2010
Kelas : C/KP/VI


ASKEP HIPERADRENALISME
PENDAHULUAN


TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal adalah dua struktur kecil yang terletak di atas masing-masing ginjal. Pada masing-masing kelenjar adrenal tersebut terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula). Bagian medula menghasilkan hormon amina, sedangkan bagian korteks menghasilkan hormon steroid.



1. Medula adrenal
Medula adrenal dianggap juga sebagai bagian dari sistem saraf. Sel-sel sekretorinya merupakan modifikasi sel-sel saraf yang melepaskan dua hormon yang berjalan dalam aliran darah: epinephrin (adrenalin) dan norephinephrin (noradrenalin).
Peranan adrenalin pada metabolisme normal tubuh belum jelas. Sejumlah besar hormon ini dilepaskan dalam darah apabila seseorang dihadapkan pada tekanan, seperti marah, luka, atau takut.
Jika hormon adrenalin menyebar di seluruh tubuh, hormon menimbulkan tanggapan yang sangat luas: laju dan kekuatan denyut jantung meningkat sehingga tekanan darah meningkat. Kadar gula darah dan laju metabolisme meningkat. Bronkus membesar sehingga memungkinkan udara masuk dan keluar paru-paru lebih mudah. Pupil mata membesar.Hormon noradrenalin juga menyebabkan peningkatan tekanan darah.
2. Korteks Adrenal Stimulasi korteks oleh sistem saraf simpatetik menyebabkan
dikeluarkannya hormon ke dalam darah yang menimbulkan respon “fight or flight”.Korteks adrenal menghasilkan beberapa hormon steroid yaitu mineralokortikoid, dan glukokortikoid. Mineralokortikoid menjaga keseimbangan elektrolit, glukokortikoid memproduksi respon yang lambat dan jangka panjang dengan meningkatkan tingkat glukosa darah melalui pemecahan lemak dan Protein.




B. Disfungsi Kelenjar Adrenal
Disfungsi kelenjar adrenal merupakan gangguan metabolic yang menunjukkan kelebihan/defisiensi kelenjar adrenal (Rumohorbo Hotma, 1999). Terdapat dua klasifikasi disfungsi Kelenjar Adrenal, yaitu:
1. Hiperfungsi kelenjar adrenal
a. Sindrom Cushing
Sindrom Cushing disebabkan oleh sekresi berlebihan steroid adrenokortikal,terutama kortisol. Gejala klinis bisa juga ditemukan oleh pemberian dosis farmakologis kortikosteroid sintetik
b. Sindrom Adrenogenital
Penyakit yang disebabkan oleh kegagalan sebagian atau menyeluruh, satu atau beberapa enzim yang dibutuhkan untuk sintesis steroid
c. Hiperaldosteronisme
1) Hiperaldosteronisme primer (Sindrom Cohn)
Kelainan yang disebabkan karena hipersekresi aldosteron autoimun
2) Aldosteronisme sekunder
Kelainan yang disebabkan karena hipersekresi rennin primer, ini disebabkan oleh hiperplasia sel juksta glomerulus di ginjal.
2. Hipofungsi kelenjar adrenal

C. Hiperfungsi Adrenal (Sindrom Cushing)
1. Pengertian
Sindrom Cushing adalah keadan klinik yang terjadi akibat dari paparan terhadap glukokortikoid sirkulasi dengan jumlah yang berlebihan untuk waktu yang lama. (Green Span, 1998). Penyakit Cushing didefinisikan sebagai bentuk spesifik tumor hipofisis yang berhubungan sekresi ACTH hipofisis berlebihan.
Sindrom Cushing dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Penyakit Cushing
Merupakan tipe Sindroma Cushing yang paling sering ditemukan berjumlah kira-kira 70 % dari kasus yang dilaporkan.Penyakit Cushing lebih sering pada wanita (8:1, wanita : pria) dan umur saat diagnosis biasanya antara 20-40 tahun.
b. Hipersekresi ACTH Ektopik
Kelainan ini berjumlah sekitar 15 % dari seluruh kasus Sindroma Cushing. Sekresi ACTH ektopik paling sering terjadi akigat karsinoma small cell di paru-paru; tumor ini menjadi penyebab pada 50 % kasus sindroma ini tersebut. Sindroma ACTH ektopik lebih sering pada laki-laki. Rasio wanita : pria adalah 1:3 dan insiden tertinggi pada umur 40-60 tahun.
c. Tumor-tumor Adrenal Primer
Tumor-tumor adrenal primer menyebabkan 17%-19% kasus-kasus Sindroma Cushing. Adenoma-adenoma adrenal yang mensekresi glukokortikoid lebih sering terjadi pada wanita. Karsinoma-karsinoma adrenokortikal yang menyebabkan kortisol berlebih juga lebih sering terjadi pada wanita; tetapi bila kita menghitung semua tipe, maka insidens keseluruhan lebih tinggi pada laki-laki. Usia rata-rata pada saat diagnosis dibuat adalah 38 tahun, 75% kasus terjadi pada orang dewasa.
d. Sindroma Cushing pada Masa Kanak-kanak
sindroma Cushing pada masa kanak-kanak dan dewasa jelas lebih berbeda. Karsinoma adrenal merupakan penyebab yang paling sering dijumpai (51%), adenoma adrenal terdapat sebanyak 14%. Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada usia 1 dan 8 tahun. Penyakit Cushing lebih sering terjadi pada populasi dewasa dan berjumlah sekitar 35% kasus, sebagian besar penderita-penderita tersebut berusia lebih dari 10 tahun pada saat diagnosis dibuat, insidens jenis kelamin adalah sama.
2. Etiologi
a. Glukokortikoid yang berlebih
b. Aktifitas korteks adrenal yang berlebih
c. Hiperplasia korteks adrenal
d. Pemberian kortikosteroid yang berlebih
e. Sekresi steroid adrenokortikal yang berlebih terutama kortisol
f. Tumor-tumor non hipofisis
g. Adenoma hipofisis
h. Tumor adrenal
3. Manifestasi Klinis
o Amenorea
o nyeri punggung
o kelemahan otot
o nyeri kepala
o luka sukar sembuh
o penipisan kulit
o Petechie
o Kimosis
o Striae
o Sirsutisme
o punuk kerbau pada posterior leher
o Psikosis
o Depresi
o Jerawat
o Penurunan konsentrasi
o Moonface
o Hiperpigmentasi
o Edema pada ekstermitas
o Hipertensi
o Miopati
o Osteoporosis
o Pembesaran klitoris
o Obesitas
o Hipokalemia
o Retensi natrium
o Perubahan emosi
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes supresi dexamethason
o Untuk membantu menegakkan diagnosis penyebab sindrom cushing tersebut, apakah hipofisis atau adrenal
o Untuk menentukan kadar kortisol
- Pada pagi hari lonjakan kortisol akan ditekan: Steroid <5>10 uL /dl –
Sindrom Cushing
b. Kadar kortisol bebas dalam urin 24 jam:
Untuk memeriksa kadar 17-hidroksikortikosteroid serta 17-kortikosteroid, yang merupakan metabolic kortisol dan androgen dalam urin.Kadar metabolic dan kortisol plasma meningkat – Sindrom Cushing
c. Stimulasi CRF (Corticotrophin-Releasing Faktor)
Untuk membedakan tumor hipofisis dengan tempat-tempat ektopik produksi
ACTH sebagai penyebab
d. Pemeriksaan Radioimmunoassay ACTH Plasma
Untuk mengenali penyebab Sindrom Cushing
e. CT, USG, dan MRI
Dapat dilakukan untuk menentukan lokasi jaringan adrenal dan mendeteksi tumor pada kelenjar adrenal.
5. Penatalaksanaan
a. Terapi Operatif
o Hipofisektomi Transfenoidalis: Operasi pengangkatan tumor pada kelenjar hipofisis
o Adrenalektomi: terapi pilihan bagi pasien dengan hipertrofi adrenal primer
b. Terapi Medis
Preparat penyekot enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethimide, mitotane, ketokonazol) digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme jika sindrom tersebut disebabkan oleh sekresi ektopik ACTH oleh tumor yang tidak dapat dihilangkan secara tuntas.
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERFUNGSI ADRENAL(SINDROM CUSHING)
1. Pengkajian
a. Data Biografi : nama, usia, jenis kelamin
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Data subjektif
 Amenorea
 Nyeri punggung
 Mudah lelah / kelemahan otot
 Sakit kepala
 Luka sukar sembu
2) Data objektif
 Integumen
Penipisan, Kulit Striae, Petechie, Hirsutisme (pertumbuhan bulu-bulu wajah), Ekimosis, Edema pada ekstremitas, Jerawat, Hiperpigmentasi, Moonface, Punuk kerbau (buffalo hump) pada posterior leher
- Kardiovaskuler Hipertensi
- Muskuloskeletal Kelemahan otot, Miopati, Osteoporosis
- Reproduktif Pembesaran klitoris
- Makanan dan cairan Obesitas, Hipokalemia, Retensi natrium
- Psikiatrik Perubahan emosi, Psikosis, Depresi, Penurunan konsentrasi
- Pembelajaran Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, prognosis
dan pengobatannya
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d sekresi kortisol berlebih karena sodium dan
retensi cairan.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot dan perubahan metabolisme protein.
3. Resiko infeksi b.d penurunan respon imun, respon inflamasi
4. Resiko cidera b.d kelemahan
5. Gangguan integritas kulit b.d kerusakan proses penyembuhan, penipisan dan kerapuhan kulit.
6. Gangguan body image b.d perubahan integumen, perubahan fungsi sexual
7. Perubahan proses pikir b.d sekresi kortisol berlebih
8. Defisit perawatan diri b.d penurunan masa otot
9. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi mengenai pengobatan, proses penyakit dan perawatan
3. Intervensi Keperawatan
1) Dx 1. Kelebihan volume cairan b.d sekresi kortisol berlebih karena sodium dan retensi cairan
Tujuan: Klien menunjukkan keseimbangan volume cairan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria:
- Tidak ada Edema
- Intake-output seimbang
- BB dalam batas normal
- Hasil lab:
Na: 138-145 mEq
K : 3,4-4,7 mEq
Cl: 98-106 mEq
Intervensi :
1. Ukur intake output
R/ Menunjukkan status volume sirkulasi terjadinya perpindahan cairan dan respon terhadap nyeri
2. Hindari intake cairan berlebih ketika pasien hipernatremia
R/ Memberikan beberapa rasa kontrol dalam menghadapi upaya pembatasan
3. Ukur TTV (TD, N, RR) setiap 2 jam R/ TD meningkat, nadi menurun dan RR meningkat menunjukkan kelebihan cairan
4. Timbang BB klien R/ Perubahan pada berat badan menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.
5. Monitor ECG untuk abnormalitas (ketidakseimbangan elektrolit)
R/ Hipernatremi dan hipokalemi menunjukkan indikasi kelebihan cairan.
6. Lakukan alih baring setiap 2 jam R/ Alih baring dapat memperbaiki metabolisme
7. Kolaborasi hasil lab (elektrolit : Na, K, Cl) R/ Menunjukkan retensi cairan
dan harus dibatasi.
8. Kolaborasi dalam pemberian tinggi protein, tinggi potassium dan rendah sodium R/ Menurunkan retensi cairan
2) Dx 2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot dan perubahan metabolisme protein
Tujuan: Klien menunjukkan aktifitaskembali normal setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria:
- Menunjukkan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktivitas
- Kelemahan (-)
- Kelelahan (-)
- TTV dbn saat / setelah melakukan aktifitas
Intervensi:
1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
R/ Mengetahui tingkat perkembangan klien dalam melakukan aktivitas.
2. Tingkatkan tirah baring/duduk
R/ Periode istirahat merupakan tehnik penghematan energi
3. Catat adanya respon terhadap aktivitas seperti :takikardi, dispnea, fatique
R/ Respon tersebut menunjukkan peningkatan O2, kelelahan dan kelemahan
4. Tingkatkan keterlibatan pasien dalam beraktivitas sesuai kemampuannya
R/ Menambah tingkat keyakinan pasien dan harga dirinya secar baik sesuai
dengan tingkat aktivitas yang ditoleransi
5. Berikan bantuan aktivitas sesuai dengan kebutuhan
R/ Memenuhi kebutuhan aktivitas klien
6. Berikan aktivitas hiburan yang tepat seperti : menonton TV dan mendengarkan
Radio.
R/ Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali perhatian dan meningkatkan koping
3) Dx 3. Resiko infeksi b.d penurunan respon imun, respon inflamasi
Tujuan: Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan intervensi
Kriteria:
- Tanda-tanda infeksi (tumor, calor, dolor, rubor, fungsio laesa) tidak ada
- Suhu normal
- Hasil lab: Leukosit: 5000-10.000 gr/dL
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda infeksi
R/ Adanya tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, calor, fungsio laesa) merupakan indicator adanya infeksi
2. Ukur TTV setiap 8 jam
R/ Suhu yang meningkat merupan indicator adanya infeksi
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
R/ Mencegah timbulnya infeksi silang
4. Batasi pengunjung sesuai indikasi
R/ Mengurangi pemajanan terhadap patogen infeksi lain
5. Tempatkan klien pada ruang isolasi sesuai indikasi
R/ Tehnik isolasi mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran / melindungi pasien dari proses infeksi lain
6. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
R/ Terapi antibiotik untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial
7. Kolaborasi pemeriksaan lab (Leukosit)
R/ Leukosit meningkat indikasi terjadinya infeksi
4) Dx 4. Resiko cedera b.d kelemahan
Tujuan: Klien tidak mengalami cidera setelah dilakukan intervensi
Kriteria:
- Cedera jaringan lunak (-)
- Fraktur (-)
- Ekimosis (-)
- Kelemahan (-)
Intervensi :
1. Ciptakan lingkungan yang protektif / aman
R/ Lingkungan yang protektif dapat mencegah jatuh, fraktur dan cedera lainnya pada tulang dan jaringan lunak
2. Bantu klien saat ambulansi
R/ Kondisi yang lemah sangat beresiko terjatuh / terbentur sat ambulasi
3. Berikan penghalang tempat tidur / tempat tidur dengan posisi
yang rendah
R/ Menurunkan kemungkinan adanya trauma
4. Anjurkan kepada klien untuk istirahat secara adekuat dengan
aktivitas yang sedang
R/ Memudahkan proses penyembuhan
5. Anjurkan klien untuk diet tinggi protein, kalsium dan vitamin D
R/ Untuk meminimalkan pengurangan massa otot
6. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti sedative
R/ Dapat meningkatkan istirahat
5) Dx 5. Gangguan integritas kulit b.d kerusakan proses penyembuhan,penipisan dan kerapuhan kulit
Tujuan: Klien menunjukkan integritas kulit kembali utuh setelah
dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria:
- Penipisan kulit (-)
- Petechie (-)
- Ekimosis (-)
- Edema pada ekstremitas (-)
- Keadaan kulit baik dan utuh
- Striae (-)
Intervensi :
1. Kaji ulang keadaan kulit klien
R/ Mengetahui kelaianan/perubahan kulit serta untuk menentukan
intervensi selanjutnya
2. Ubah posisi klien tiap 2 jam
R/ Meminimalkan/mengurangi tekanan yang berlebihan didaerah yang
menonjol serta melancarkan sirkulasi
3. Hindari penggunaan plester
R/ Penggunaan plester dapat menimbulkan iritasi dan luka pada kulit yang rapuh
4. Berikan lotion non alergik dan bantalan pada tonjolan tulang dan kulit
R/ dapat mengurangi lecet dan iritasi
6) Dx 6. Gangguan body image b.d perubahan integumen, perubahan fungsi sexual
Tujuan: Klien menunjukkan gambaran diri yang positif setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria:
- Klien dapat mengekspresikan perasaanya terhadap perubahan penampilannya
- Klien dapat mengutarakan perasaannya tentang perubahan sexual
- Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala yang terjadi selama pengobatan
- Klien dapat melakukan personal hygine setiap hari
Intervensi :
1. Ciptakan lingkungan yang kondusif dengan klien mengenai perubahan body
image yang dialami
R/ Lingkungan yang kondusif dapat memudahkan klien untuk
mengungkapkan perasaannya
2. Beri penguatan terhadap mekanisme koping yang positif
R/ Membantu klien dalam meningkatkan dan mempertahankan kontrol dan
membantu mengembangkan harga diri klien
3. Berikan informasi pada klien mengenai gejala yang berhubungan dengan
pengobatan
R/ Dengan diberikan penjelasan tersebut, klien dapat menerima perubahan
pada dirinya
4. Diskusikan dengan klien tentang perasaan klien karena perubahan tersebut
R/ Mendiagnosa perubahan konsep diri didasarkan pada pengetahuan dan
persepsi Klien
5. Jaga privacy klien
R/ Meningkatkan harga diri klien
6. Beri dukungan pada klien dan jadilah pendengar yang baik
R/ Memberikan dukungan dapat memotivasi klien untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
7. Kolaborasi dengan ahli psikolog
R/ Pasien mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang ketidakmampuan
7) Dx. 7 Perubahan proses pikir berhubungan dengan sekresi cortisol berlebih.
Tujuan: Klien menunjukkan Tidak terjadi perubahan proses pikir.
Kriteria:
- Klien mempraktekkan teknik relaksasi.
- Klien mendiskusikan perasaannya dengan mudah.
- Klien dapat berorientasi terhadap lingkungan.
Intervensi :
1. Orientasikan pada tempat, orang dan waktui.
R/ Dapat memolong mempertahankan orientasi dan menurunkan
kebingungan.
2. Tetapkan jadwal perawatan rutin untuk memberikan waktu istirahat yang
teratur.
R/ Menaikkan orientasi dan mencegah kelelahan yang berlebihan.
3. Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri sendiri sesuai kemampuan.
R/ Mempertahankan orientasi pada lingkungan.
4. Ajarkan teknik relaksasi.
R/ Teknik relaksasi dapat mempengaruhi proses pikir, sehingga klien dapat
lebih tenang.
5. Berikan tindakan yang stabil, terang dan tidak menimbulkan stress.
R/ Tindakan yang stabil, tenang dan tidak menimbulkan stress memperbaiki proses pikir.
8) Dx. 8 Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan masa otot
Tujuan: Klien menunjukkan perawatan diri yang maksimal.
Kriteria:
- Kelemahan (-)
- Keletihan (-)
- Klien ikut serta dalam aktivitas perawatan diri.
- Klien mengalami peningkatan dalam perawatan diri.
- Klien bebas dari komplikasi imobilitas.
Intervensi:
1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
R/ Dapat mengetahui kemampuan klien dan memudahkan intervensi
selanjutnya.
2. Bantu klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
R/ Pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien.
3. Libatkan keluarga dalam aktivitas perawatan diri klien.
R/ Keluarga merupakan orang terdekat dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien.
4. Rencanakan aktivitas dan latihan klien.
R/ Istirahat klien tidak terganggu dengan adanya aktivitas dan latihan yang terencana.
5. Berikan dorongan untuk melakukan perawatan diri kepada klien dan atur aktivitasnya.
R/ Dapat mencegah komplikasi imobilitas.
6. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
R/ Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat menaikan istirahat dan tidur.

9) Dx. 9 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai pengobatan, proses penyakit dan perawatan.
Tujuan: Pengetahuan klien bertambah.
Kriteria:
- Klien mengatakan pemahaman penyebab masalah.
- Klien mendemonstrasikan pemahaman tentang pengertian, etiologi,
tanda dan gejala serta perawatannya.
- Klien mau berpartisipasi dalam proses belajar.
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan klien tentang etiologi, tanda dan gejala serta perawatan.
R/ Membuat data dasar dan mengidentifikasi kebutuhan terhadap
informasi.
2. Identifikasi data dasar / gejala harus dilaporkan dengan segera pada
pemberi pelayanan kesehatan.
R/ Evaluasi dan intervensi yang segera dapat mencegah terjadinya
komplikasi.
3. Berikan informasi tentang perawatan pada klien dengan sindrom cushing.
R/ Mempermudah dalam melakukan intervensi dan menaikan pengetahuan
klien.


4. Berikan perlindungan (isolasi) bila diindikasikan.
R/ Teknik isolasi mungkin diperlukan unutk mencegah
penyebaran/melindungi pasien dari proses infeksi lain.
5. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
R/ Therapi antibiotik untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial.
6. Pemeriksaan lab (leukosit)
R/ Leukosit yang meningkat indikasi terjadinya infeksi.

PENUTUP

Sindrom Cushing adalah keadan klinik yang terjadi akibat dari paparan terhadap glukokortikoid sirkulasi dengan jumlah yang berlebihan untuk waktu yang lama. Penyakit Cushing didefinisikan sebagai bentuk spesifik tumor hipofisis yang berhubungan sekresi ACTH hipofisis berlebihan.
Sindrom Cushing dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Penyakit Cushing
b. Hipersekresi ACTH Ektopik
c. Tumor-tumor Adrenal Primer
d. Sindroma Cushing pada Masa Kanak-kanak
Adapun penyebab dari sindrom cushing ini adalah :
a. Glukokortikoid yang berlebih
b. Aktifitas korteks adrenal yang berlebih
c. Hiperplasia korteks adrenal
d. Pemberian kortikosteroid yang berlebih
e. Sekresi steroid adrenokortikal yang berlebih terutama kortisol
f. Tumor-tumor non hipofisis
g. Adenoma hipofisisTumor adrenal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar