Cari Blog Ini

Sabtu, 26 Maret 2011

MENINGITIS

Nama : imran pulu
Kelas : C/KP/VI
Nim 04.08.1997

Meningitis

A. Definisi
Meningitis adalah inflamasi pada meningen atau membrane (selaput) yang mengelilingi otak dan medulla spinalis (Arif Muttaqin, pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan system persyarafan).
Meningen adalah radang pada meningen(membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis)dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ organ-organ jamur( BRUNNER dan SUDDATH, buku ajar KMB)
Meningitis adalah radang umum pada arkhnoid dan piameter disebabkan oleh, bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secra akut dan kronis (kapita selekta kedokteran jilid 2).
B. Etiologi
Meningitis diklasifikasikan sebagai asepsis, sepsis, dan ruberculosa.
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, encephalitis, limfoma, leukemia atau darah di ruang subarachnoid
Meningitis sepsis menunjukan meningitis yang disebabkan oleh organism bakteri seperti meningokokus, stafilokkokus atau basilus influenza
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.
Infeksi meningeal umumnya dihubungkan dengan satu atau dua jalan : melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi-infeksi bagian lain, seperti selulitis, atau penekanan langsung seperti didapat setelah cedera traumatic tulang wajah. Dalam jumlah kecil pada beberapa kasus merupakan iatrogenic atau hasil sekunder prosedur invasive (seperti fungsi lumbal) atau alat-alat infasif (seperti alat pemantau TIK.

C. Patofisiologi
Meningitis ada yang dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti oleh septicemia, yang menyebar ke meningen otak dan daerah medulla spinalis bagian atas
Factor-faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah syaraf baru, trauma kepala. Dan pengaruh immunologis. Saluran vena yang menuju nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid dan dekat saluran vena-vena meningen; semua ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organism masuk ke dalam darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis, dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medulla spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membrane ventrikel serebral . meningitis dihubungkan dengan perubahan fisiologis intracranial yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahan otak ( barrier otak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut, pasien meninggal akibat toksi bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari mpesien ini dengan kerusakan adrenal, koaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (ada sindrom Waterhouse- Friderichsen) sebagai akibat terjad kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

D. Manifestasi klinis
Gejala meningitis di akibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK
1. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
2. Perubahan pada tingkat kesadaran,, dihubungkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya ,erupakan awal adanya penyakit. Perubahan yag terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respon individu terhadap proses fisiologik. Manifestasi perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak responsif dan koma
3. Iritasi meningen,, mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang umumnya terlihat pada semua ripe meningitis
a. Rigiditas nukal (kaku leher) dalah tanda awal . adanya upaya untuk fleksi kepala mengalamikesukaran karena adanya spasme otot-otot leher. Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.
b. Tanda kernig Positif : ketika psien dibaringkan paha dalam keadaan fleksi kea rah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan dengan sempurna.
c. Tanda Brudzinski : bila leher pasien difleksikan, maka dihasilnya fleksi lutut dan pinggul; bila dilakukan fleksi pasif pada ekstrimitas bawah pada salah atu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstrimitas
4. Kejang dan peningkatan TIK : juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi sekunder akibat area fokalkortikal yang peka . tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebrala terdiri dariperubahan karakteristik tanda-tanda vital (melenarnya tekanan pulsa dan Bradikardi), pernafaan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran
5. Adanya “ruam” merupakan salah satu cirri yang mencolok pada meningitis meningokokal (Neiseria Meningitis). Sekitar setengah dari semua pasien dengan dengan tipe meningitis mengembangkan lesi-lesi pada kulit di antaranyaruam petekie dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang luas.
6. Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% pasien dengan meningitismeningokokus, dengan tanda-tanda septicemia: demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstrimitas), syok dan tanda-tanda koagulopati intravascular diseminata (KID). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
Organism penyebab infeksi selalu dapat diidentifikasi melalui biakan kuman pada cairan serebrospinal dan darah. Counterimmunoelectrophoresis (CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh, umumnya cairan setrebrospinal dan urine

E. Komplikasi

1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder

F. Prognosis
Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau mental atau meninggal tergantung :
a. umur penderita.
b. Jenis kuman penyebab
c. Berat ringan infeksi
d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
f. Adanya dan penanganan penyakit.
Meskipun telah diberikan pengobatan, sebanyak 30% bayi meninggal. Jika terjadi abses, angka kematian mendekati 75%. 20-50% bayi yang bertahan hidup, mengalami kerusakan otak dan saraf (misalnya hidrosefalus, tuli dan keterbelakangan mental).

G. Penatalaksanaan

1. Farmakologis
Obat anti inflamasi

• Meningitis tuberkulosa
a) Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1 ½ tahun
b) Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun
c) Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali sehari, selama 3 bulan
• Meningitis bacterial, umur < 2 bulan a) Sefalosporin generasi ke 3 b) ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari • Meningitis bacterial, umur > 2 bulan
a) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari
b) Sefalosforin generasi ke 3.
• Pengobatan simtomatis
a) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis kemudian klien dilanjutkan dengan.
b) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari
c) .Turunkan panas :
a) Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.
b) Kompres air PAM atau es
• Pengobatan suportif
1) Cairan intravena
2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50 %

H. Pencegahan
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor presdis posisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius







ASUHAN KEPERAWATAN

Anamnesis

Anamnesis pada meningen meliputi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,riwayat penyakit dahulu, dan pengkaian psikososial (pada anak perlu dikaji efek hospitalisasi).

A. Keluhan utama
Hal yang sering menjadi alasanklien atau orang tua membawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan dalah suhu badan tinggi, kejang dan penurunan tingkat kesadaran.
B. Riwayat penyakit sekarang
Factor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai terjadi serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada pengkaian klien dengan meningitis biasanyadisapatkan keluahan yang berhubungan dengan akibat infeksi dan peningkatan tekanan intracranial. Keluhan tersebut diantaranya sakit kepala dan demam dengan gejala awal yang sering. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit. Keluhan kejang perlu mendapatperhatian untuk dilakukan pengkajianlebih mendalam, bagaimana sifat timbul kejang, stimulus, apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebut. Adanya penurunan atau perubahan dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respon individu terhadap proses fisiologis. Keluhan perubahan periaku juag terjadi . sesuaia perkembangan penyakit dapat terjadi letargik, tidak responsive dan koma. Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama menjalani perawatan di rumah sakit, pernahkah menjalani tindakan infasifyang memungkinkan masuknya kuman ke meningen terutama tindakan melalui pembuluh darah.
C. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau mengalami predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami infeksi pernafasan bagian atas, otitis medis, mastoiditis,anemia sel sabit dan henoglobinopatis lain, tindakan bedah syaraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh imunologis pada masa sebelumnya.
D. Riwayat psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.


Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital (ttv)
Pada klien meningitis biasanya didapatkan peningkatansuhu tubuh lebih dari normal (38-410 C), dimulai pada fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat. Keadaan ini bias any dhubungkan dengan proses inflamasi dan iritasi meningen yag sudah menggangu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut nadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK.

B1 (breathing)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas dan peningkatan frekuensi nafas yang sering didapatkan pada klien meningitis yang disertai adanya gangguan pada system pernafasan. Palapsi toraks hanya dilakukan jika terdapat deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi pleura massif (jarang terjadi pada meningitis).
Auskultasi bunyi nafas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa denagn penyebran primer dari paru
B2 (Blood)
Pengkajian pada system kardiovaskular terutama dilakukan pada klien meningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien sudah mengalami renjatan (syok). Infeksi/inflamasi terjadi pada sekitar 10% klien dengan meningitis meningokokus dengan tanda-tanda septicemia. Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
B3 (brain)
Pengkaian B3 (brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada system lainnya
Pengkajian syaraf cranial
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan syaraf I-XII
• saraf I. biasanya pada klien meningitis tidak da kelainan pada fungsi penciuman.
• Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung lama.
• Saraf III, IV dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah menggangu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupilakan didapatkan. Dengan alas an yang tidak diketahui, klien meningitis mengeluh mengalami fotofobia atau sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.
• Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan reflex kornea biasanya tidak ada kelainan.
• Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris
• Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduksi dan tuli persepsi.
• Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik.
• Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomasoideus dan trapezius.
Adanya usaha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk (rigiditas nukal).
• Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada vasikula. Indra pengecapan normal.

Pengkajian system motorik
Kekuatan otot menurun, control keseimbangan, dan koordinasi pada meningitis tahap lanjut mengalami perubahan.

Pengkajian refleks
Pemeriksaan refleks profunda, pengetukan pada tendon, ligamentum atai periosterium derajat reflex padarespon normal. Respon patologis akan didapatkan pada klien meningitis dengan tingkat kesadaran koma. Adanya reflex Babinski (+) tanda lesi UMN.

Pengkajian system sensorik
Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan didapatkan sensasi raba, nyeri, suhu yang normal, tidak ada perasaan abnormal di permukaan tubuh, sensasi propiosepsi, dan diskriminatif normal




Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal.
Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi
Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.

Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.


Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul

1. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan inflamasi dan edema pada otak dan meningen
2. Ketidakefektifan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi secret, penurunan kemampuan batuk, dan perubahan tingkat kesadaran.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan perubahaan tigkat kesadaran, depresi pada pusat nafas di otak
4. Gangguan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan infeksi meningokokus.
5. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi pada meningen dan jaringan otak.
6. Hipertermi yang berhubungan dengan inflamasi pada meningen, peningkatan metabolisme umum.
7. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan peningkatan volume intracranial, penekanan jaringan otak dan edema serebral
8. Resiko tinggi deficit cairan yang berhubungan dengan muntah dan demam.
9. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan asupan nutrisi kurang adekuat, mual, dan muntah
10. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan kejang berulang, fiksasi kurang optimal.
11. Gangguan ADL yang berhubungan dengan kelemahan fisisk umum.
12. Resiko tinggi koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit.
13. Anxietas yang berhubungan dengan perahnya kondisi
























Lampiran.
Pathway meningitis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar